Senin, 27 April 2009

LAMBANG GANESHA

LAMBANG GANESHA

SEBAGAI PANUTAN GENERASI MUDAOLEH IDA BAGUS ARYA LAWA MANUABA

SHINDU


Sosok Dewata berbadan gemuk dan berkepala gajah ini sudah tidak asing lagi dalam kisah-kisah Purana maupun Itihasa. Bahkan, keagungannya sebagai dewata penguasa halangan tersebar menembus waktu. Kini Ganesha menjadi ikon lembaga-lembaga penting, sekolah-sekolah, atau pusat studi sebagai pembawa kebijaksanaan. Ganesha telah menjadi begitu populer, dan kepopulerannya tidak hanya pada kalangan umat Hindu, tetapi telah merambah dunia secara keseluruhan. Seluruh umat, dari Hindu, Jain, Islam, Kristen, hingga Budha mengakui Ganesha setidaknya sebagai sosok makluk lucu yang unik. Semua menghormati Ganesha sebagai pembawa keberuntungan di seluruh pelosok dunia.

Ganesha, atau Vinayaka diambil dari dua kata Sanskrta Gana yang berarti pasukan, dan isa yang bermakna pemimpin. Kata gana di sini merujuk kepada pasukan, atau antek-antek Siva sang ayah. Pemberian nama Ganesha kepada Dewata unik ini terkait dengan kisah dalam Siva Purana, di mana Gauri sang Ibu meminta anaknya dihidupkan kembali karena tewas dalam pertempuran melawan Siva. Siva dan Ganesha sebelumnya mengalami kesalahpahaman sehingga mereka bertarung. Siva kemudian mengakui Ganesha sebagai anak yang diciptakan Gauri (Parvati) dari manisan. Hanya sayangnya, Siva bukanlah ahli cangkok kepala yang mahir. Ia mengganti kepala anaknya dengan kepala makhluk pertama yang ditemukan oleh Visnu.. Visnu yang bertugas mencari pengganti kepala Ganesha bertemu dengan seekor gajah bernama Airavata. Visnu memenggal kepala gajah itu dengan Sudarsana Cakra-Nya, lalu menyerahkannya kepada Siva. Sementara sang gajah, karena telah dibunuh oleh Visnu mendapatkan kedudukannya kembali sebagai kendaraan Indra.

Ganesha kemudian diangkat sebagai kepala para gana. Ia diberikan kekuatan oleh seluruh dewata, sehingga Ganesha juga merupakan manifestasi kekuatan dari seluruh dewata. Siva Purana menyatakan bahwa hendaknya seseorang memujan Ganesha sebelum memulai suatu kegiatan, karena Ganesha telah diangkat menjadi dewata pertama yang dipuja sebagai mengusir halangan (Vighnaraja). Kisah Ganesha dapat dilihat dalam Siva Purana, Lingga Purana, dan Purana-Purana Tamasika lainnya.

Dalam literatur Veda, Ganesha menjadi figur Dewata lambang kepemudaan karena Ia sendiri memang diciptakan untuk menjadi muda. Ganesha, atau Vighnaraja (Dewata Kesuksesan) memiliki berbagai atribut unik yang sebenarnya sarat makna. Ada baiknya kita sebagai pemuda Hindu, khususnya yang kuliah di universitas berlambang Ganesha ini mengetahui karakter-karakter unik dari atribut Dewata berpertu besar ini.

Mari kija mulai dari kepala-Nya. Ganapati memiliki kepala yang besar dengan dua telinga besar dan mata yang sipit. Kepala besar berarti kita sebagai manusia seharusnya lebih banyak menggunakan akal daripada fisik dalam memecahkan masalah. Sedangkan mata yang sipit berarti konsentrasi. Pikiran harus diarahkan ke hal-hal positif untuk memperbaiki daya nalar dan pengetahuan.

Ganesha juga memiliki dua telinga besar yang mengajarkan mari kita mendengarkan orang lain. Kita selalu mendengar, tetapi jarang sekali kita mendengarkan orang lain. Dengarkan ucapan-ucapan suci, kata-kata dari Veda, dan seraplah pengetahuan dengan telingamu. Ganesha kehilangan satu gadingnya untuk menggurat Mahabharata di atas daun tal. Satu gading (Ekadanta) berarti kesatuan. Atribut ini menyarankan umat hendaknya bersatu untuk satu tujuan mulia. Lantas, Ganesha juga memiliki mulut yang hampir tidak kelihatan karena belalai-Nya yang dengan rakus menyantap manisan susu di tangan-Nya. Mulut yang kecil itu mengajarkan agar kita mengontrol gerak mulut dan lidah. Maksudnya adalah bahwa kita harus mengurangi pembicaraan yang tidak-tidak. Sementara belalai yang menjulur melambangkan efisiensi dan adaptasi yang tinggi. Banyak di antara kita yang membuang-buang waktu, biaya, dan energi untuk hal-hal yang tidak berguna. Waktu, biaya, dan energi itu dapat digunakan untuk menghasilkan sesuatu yang berguna, sehingga hidup ini juga berguna.

Kita beralih ke badan Dewata yang besar ini. Hal pertama yang kita lihat pastilah perut-Nya, karena perut itu memang buncit. Ganesha memang selalu dimanja oleh ibu Parvati, istri Siva sebagai anak kesayangan. Perut buncit itu bukan sembarangan, melainkan lambang keseimbangan dalam menerima baik-buruknya gejolak dunia. Dunia diliputi oleh Rwa Bhinneda, yakni pasangan dua hal yang bertolak belakang. Ada senang, ada pula sedih. Ada siang, ada pula malam. Kita seharusnya tahu bahwa ada wajah seram kesedihan di balik tawa riang kita. Kita juga harus bersemangat karena di balik hujan air mata kesedihan ada cahaya kegembiraan. Itulah hidup, dan kita harus menyadarinya.

Figur Ganesha memegang sebilah kapak. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, Ia adalah Dewata kesuksesan. Kapak berarti menumpas segala halangan dalam karya. Itulah sebabnya, ketika akan memulai suatu pekerjaan, berdoalah kepada Ganesha: Om Gam Ganapataye Namah! Sementara itu, di tangan kiri sang Dewa terdapat semangkuk manisan susu. Perlu diingat bahwa Ganesha adalah Dewata yang pemurah. Jika kita tekun dalam sadhana (disiplin spiritual), Ia tidak akan segan-segan memberi limpahan anugerah, seperti semangkuk penuh manisan susu itu.

Terakhir, ada seekor tikus yang selalu berada di dekat sang Dewata. Tikus, seperti sifat hewan aslinya, adalah hewan yang penuh nafsu mengigit. Ia memakan apa saja untuk memenuhi hasrat perutnya. Demikianlah tikus dijadikan lambang nafsu dalam figur Ganesha. Lalu mengapa tikus itu menjadi tunggangan (kendaraan) Dewata yang berberat badan tinggi ini? Tikus, atau nafsu harus ditundukkan. Kita harus bisa menjadikan nafsu sebagai kendaraan sehingga kita dapat mengendalikannya, namun banyak manusia kini menjadi kendaraan dari nafsunya sendiri.