Minggu, 21 Agustus 2016

Seva 21 Agustus 2016

Hujan mengguyur Batam dan sekitarnya sejak pagi hari disertai petir dan guruh menggelegar. Mendung menyelimuti angkasa membuat orang enggan keluar rumah. Bro Gusti, Bro Made Arjadi dan Mis Santi sudah menunggu Sai Bhakta Singapore di pelabuhan ferry Batam Center. Jam telah menunjukkan pukul 10 pagi, tapi rombongan belum tiba juga. Tak lama kemudian satu persatu anggota rombongan keluar dari pintu kedatangan sambil menyeret barang bawaan. Total ada 30 orang dalam rombongan tersebut.
Tujuan pertama mengunjungi dua keluarga yang menderita stroke di daerah batam center. Masing-masing diberikan beras, susu, kopi, gula, kue dan duit kes. Suasana hari masih gerimis sehingga akses jalan menuju rumah tersebut sangat becek. Rencananya akan diberikan bantual biaya penyambungan listrik menuju rumah tersebut yang diambil dari rumah tetangganya. Tidak lama disana, rombongan melanjutkan perjalanan menuju lokasi seva di sei lekop tanjung uncang.
Di lokasi seva, masyarakat sudah antre menunggu pembagian sembako. Terdengar arahan dari ketua RW dan ketua RT agar warga bisa bersabar dan menjaga kedisplinan agar dikemudian hari mendapat bantuan lagi. Kondisi lapangan becek sementara gerimis masih turun. Setelah sepatah dua patah kata dari ketua SSG kemudian pembagian bingkisan segera dimulai. Sekitar satu jam pembagian bingkisan berlangsung yaitu hingga jam 1 sore.
Kemudian rombongan bersama sama menuju Vihara Maitreyawirya di batam center untuk makan siang. Sampai disini acara selesai, kemudian beberapa sai bhakta ada yang kembali ke terminal ada yang ke Nagoya untuk massage.

Senin, 01 Agustus 2016

Penyerahan bantuan kepada 2 keluarga kurang mampu

Minggu, 31 Juli 2016 kami mewakili Sai Study Group Batam dan Sai Devotees Singapore mendatangi dua keluarga yang kondisinya sangat memerlukan bantuan di daerah batam center tepatnya dibelakang penjual tanaman hias deket simpang lampu merah simpang Frengki.
 

Kondisi keluarga bapak ini menurut penuturan beliau: tnggal dirumah gubuk milik orang lain tanpa listrik tanpa air bersih. ibunya sudah pikun dan sudah seperti menghidap sakit kejiwaan, makan harus disuapi, harus dijaga terus, kasurnya hancur disobekin sendiri, MAAF lebih jorok dari tempat tidur piaraan, katanya pernah hilang 9 hari dan ketemunya di daerah tiban. istrinya tidak bisa berjalan, hanya bisa duduk, badannya mati separo, hanya tangan kirinya yg bisa digerakkan, dulunya bicara saja tidak bisa. sementara si bapak ini tidak bisa bekerja karena harus menjaga istri dan ibunya. praktis kebutuhan sehari hari hanya mengharapkan bantuan orang, tidak ada kerabat keluarga lagi baik dikampung asalnya maupun di batam.